Ada dua jenis
pelajaran tentang Hidup :
1.
puasa
itu adalah sarana latihan agar aku menjadi manusia yang punya naluri yang tajam
dan menuju satu tahapan penting dalam hidup, yang dia sebut dengan istilah: wening ing pikir (kejernihan
pikiran), tentrem ing ati (ketentraman
hati), dan menep ing rasa (mengendapnya
rasa).
2.
Pelajaran
Hidup berupa wejangan tentang kearifan dalam memandang hidup. Salah satunya
adalah filosofi “menanam padi, bukan rumput”. Ilmu adalah ngelmu
ikhlas (ilmu tentang keikhlasan) yang dirangkum dalam kalimat
pendek. ”Le, tansah elingo,
bondo kuwi titipan, pangkat sampiran, lan nyowo mung silihan”.
Tenang, buat Anda yang kagak ngarti bahasa Jawa, ini artinya: "Nak,
ingatlah selalu, harta itu titipan, pangkat hanyalah sampiran, dan nyawa tak
lebih dari pinjaman".
a)
Dengan
selalu ingat bahwa harta hanyalah titipan, kita bakalan lebih arif dalam
memperlakukan harta. Tidak menumpuk-numpuknya apalagi dengan jalan yang
dilarang agama, sebisa mungkin hanya mengambil yang kita butuhkan sembari
menekan keinginan yang cenderung tanpa batas. Ibarat menghadiri pesta jamuan
makan, yang kita inginkan adalah melahap seluruh hidangan. Tapi begitu dua
piring nasi sudah kita santap, perut kita sudah tidak mampu lagi diisi makanan
lainnya. “Ingatlah, kebahagiaan sejati tidak terletak pada seberapa banyak yang
kamu miliki, tapi pada seberapa mampu kamu mensyukuri”,
b)
Dengan
selalu sadar bahwa pangkat tak lebih hanyalah sampiran, kita akan melihat
jabatan dan status sosial bukan sebagai suatu kedudukan yang harus
dikejar-kejar dengan cara seperti katak: menjilat ke atas, menginjak ke bawah,
dan menyikut kiri kanan; melainkan amanah yang harus dijalani dengan penuh
tanggung jawab kepada Dia yang menyampirkannya di pundak kita.
c)
Dengan
selalu ingat bahwa nyawa adalah titipan, kita akan menyikapi kehidupan dan
kematian dengan lebih proporsional. Hidup adalah kesempatan untuk memayu hayuning bawono (menjadi
rahmatan lil alamin), menebar kedamaian, dan berbagi cinta; sedangkan ajal
adalah sebuah keniscayaan karena pada detik pertama ketika manusia dilahirkan
pada saat itu pula hitung mundur kematian dinyalakan.
Inti dari ngelmu
ikhlas itu kalau dipikir-pikir kok sejalan dengan “Innalillahi wa
inna ilaihi roji’un” (dari Dia segalanya berasal dan kepada-Nya semua kan
kembali), yaitu bahwa kita diminta untuk selalu siap kehilangan harta, jabatan,
bahkan nyawa karena toh itu semua milik Dia, bukan punya kita.